Mendesak Sukarno-Hatta untuk
memproklamsaikan kemerdekaan, Sutan Sjahrir justru absen pada peristiwa besar
itu. Dia memilih jalan elegan untuk menghalau penjajah: jalur diplomasi cara yg
ditentang tokoh tokoh lain yg lebih radikal. Ideologinya, antifasis dan
antimiliter, dikritik hanya untuk kaum terdidik. Ia dituduh elitis. Sejatinya,
Sjahrir juga turun ke gubuk gubuk, berkeliling Tanah Air menghimpun kader
Partai Sosialis Indonesia. Sejarah telah menyingkirkan peran bung kecil—begitu
syahrir biasa disebut. Meninggal dalam pengasingan sjahrir adalah revolusioner
yg gugur dalam kesepian.
Kembali ketanah air setelah studi
serta aktifitas politik di Belanda. Dan dia turun ke desa-desa menghimpun kader
sosialis dan mendirikan partai. Setelah itu, Belanda menagkap, memenjarakan,
dan membuangnya ke Boven Digul dan Banda Neira. Inilah masa-masa Sjahrir
memantangkan diri sebelum memimpin Indonesia sebagai perdana menteri. Lika-liku
perjalanan Sjahrir sebagai perdana menteri pertama Republik Indonesia ini tidak
lah mulus, sikapnya yg mengambil jalan diplomasi sebagai cara “memerdekaan”
Indonesia mendapat pro dan kontra, terutama pada saat perjanjian linggarjati.
Pihak yg pro terhadapnya bilang bahwa dengan perjanjian ini membuat nama
Indonesia bergema di dunia internasional. Sementara yg kontra dengan nya,
adalah lawan politiknya Tan Malaka. Mereka mengganggap sjahrir terlalu
“kebarat-baratan”. Sjahrir meletakan dasar dasar diplomasi luar negeri
Indonesia yg bebas aktif. Ia cerdik membaca situasi internasional. Melalui
pidatonya di Dewan Keamanan PBB, dunia mendengarkan suara Indonesia yg sedang
di duduki Sekutu dan Belanda.
Sjahrir mempunyai hubungan khusus
dengan beberapa perempuan. Ia seorang flamboyan yg gemar music klasik. Istrinya
Poppy, setia kepadanya hingga ajal menjemputnya. Pria yg amat mencintai anak
anaknya itu meninggal dalam kesunyian sebagai tahanan politik di sebuah flat
sempit di Zurich,Swiss. Keluarganya sepeninggalnya menggalami kesulitan
ekonomi, tidak mendapat santunan dari pemerintah.
Banyak hal menarik yg di bahas di
buku ini mulai dari tempat kelahiran Sjahrir di padang panjang yg tidak diketahui
banyak orang, masa kecil Sjahrir, perjuangan saat muda, kisahnya ketika kuliah
di belanda, di buang ke pengasingan, hingga perjalanan nya sebagai perdana menteri
Republik Indonesia kala itu. Di buku ini juga diungkapkan beberapa sejarah yg
tidak diajarkan di buku buku sekolah. Seperti proklamasi yg digagas Sjahrir yg
terjadi tanggal 15 Agustus 1945 di Cirebon.
Kisah Sutan Sjahrir di buku ini adalah salah satu dari
empat cerita pendiri republik: Soekarno, Hatta, Tan Malaka, dan Sutan Sjahrir.
Buku ini diangkat dari edidi khusus Majalah Berita Mingguan Tempo sepanjang
2001-2009, juga sebagai peringatan Khaul 100 tahun 4 tokoh tersebut. Buku ini
dan juga serialnya mengulas ulang kehidupan keempatnya. Mulai dari pergolakan,
pemikiran, petualangan, hingga kisah cinta mereka
Categories:
Artikel